KUNJUNGAN RUMAH PASIEN GIZI KURANG ATAU GIZI BURUK

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukan bahwa sekitar 1 dari 5 balita usia 0-59 bulan di Indonesia mengalami stunting pada tahun 2023. Data per provinsi menunjukkan bahwa terdapat gap yang cukup besar antar wilayah, dengan prevalensi stunting terendah sebesar 7,2% dan tertinggi sebesar 37,9%. Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019, gizi kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi kurus, berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan kurang dari -2 sampai dengan -3 standar deviasi, dan/atau lingkar lengan 11,5-12,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan. Sedangkan gizi buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua punggung kaki, berat badan menurut panjang badan atau berat badan dibanding tinggi badan kurang dari -3 standar deviasi dan/atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia pada Tahun 2023, status gizi anak balita (bawah lima tahun) diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,05 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan alat ukur tinggi badan dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap anak balita dikonversikan dalam nilai terstandar (Z-score) menggunakan baku antropometri anak balita (WHO, 2005). Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut:

a. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U:

Severely Underweight : Z-score < -3,0

Underweight : Z-score ≥-3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Overweight and Obesse : Z-score > 2,0

b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U:

Severely Stunting : Z-score < -3,0

Stunting : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0

c. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:

Severely Wasting : Z-score < -3,0

Wasting : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Overweight and Obesse : Z-score > 2,0

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukan bahwa sekitar 1 dari 5 balita usia 0-59 bulan di Indonesia mengalami stunting pada tahun 2023. Data per provinsi menunjukkan bahwa terdapat gap yang cukup besar antar wilayah, dengan prevalensi stunting terendah sebesar 7,2% dan tertinggi sebesar 37,9%. Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional. Lima provinsi dengan prevalensi stunting terendah yaitu Bali (7.2%), Jambi (13.5%), Riau (13.6%), Lampung (14.9%), dan Kepulauan Riau (16.8%), Sedangkan masih ada 18 provinsi yang angka stuntingnya di atas angka nasional. Tiga provinsi yang memiliki prevalensi stunting paling tinggi di Indonesia adalah: Papua tengah (38,4%), Nusa Tenggara Timur (37,9%), dan Papua Pegunungan (37,3%). Jika dibandingkan dengan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, NTB, Kaltara, Sulbar, Jambi dan Kalteng mengalami penurunan prevalensi stunting sebesar 3-8%, sementara Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sultra dan Maluku mengalami kenaikan Prevalensi Balita Stunting sebesar 2-4%. Bali, Jambi dan Riau memiliki prevalensi stunting di bawah 14% (dibawah target RPJMN) tahun 2023. Salah satu upaya Puskesmas Ketapang untuk menurunkan angka stunting di wilayah kerjanya adalah dengan melakukan kunjungan rumah.(lyn)

LINK TERKAIT